April 19, 2016

Apakah agama itu ?

Seorang lelaki yang datang kehadapan Rasulullah s.a.w lalu bertanya:

"Ya Rasulullah, apakah agama itu?"

"Akhlak luhur!"

Orang itu datang dari sebelah kanan sambil menanyakan:

"Apakah agama itu, ya Rasulullah?"

Nabi tetap menyatakan, "Akhlak luhur."

Kemudian datang lagi orang itu dari sebelah kiri beliau dan menanyakan: "Apakah agama itu?"

Nabi masih menjawab seperti itu juga.

Sesudah itu dia datang pula dari jurusan belakang Nabi sambil bertanya:

"Ya Rasulullah, apakah agama itu?"

Nabi menoleh kepadanya sambil bersabda:

"Belum jugakah engkau mengerti? Beragama itu ialah agar engkau jangan pemarah!"


References:
1100 Koleksi Emas / Kisah-kisah Benar & Nasihat-Nasihat (Muka surat 166)

April 17, 2016

DUA BULAN UNTUK MEMILIH AGAMA

NABI MUHAMMAD SAW sedang mengerjakan solat sunnah dua rakaat. Ketika ia sedang sujud, cucunya yang masih kecil, Hasan menaiki punggungnya dan bermain kuda-kudaan di atasnya sambil memukul-mukul tubuhnya seperti memacu kuda biar larinya cepat.

Nabi sudah cukup lama di dalam sujud, tapi memperpanjang sujudnya sambil menunggu cucunya puas bermain kuda-kudaan. Tatkala Hasan baru saja turun dan Nabi hendak bangun dari sujud, Husain adik Hasan tidak mahu kalah dari abangnya. Ia pun segera melompat menduduki punggung Nabi dan bermain kuda-kudaan meniru Hasan. Nabi menunggu dulu hingga Husain turun dari punggungnya, barulah ia duduk tasyahud.

Pada kali yang lain Nabi sedang membaca khutbah Jumaat di mimbar. Kedua cucunya yang ikut solat di masjid tiba-tiba menangis. Nabi turun dari mimbar di tengah-tengah khutbahnya, mendatangi Hasan dan Husain, dan memujuk mereka supaya diam melalui isyarat dan sikap kasih sayangnya.

Sesudah kedua cucu kecil itu tenang kembali. barulah Nabi naik lagi ke mimbar dan melanjutkan khutbahnya sampai selesai. Ia selalu membaca khutbah lebih pendek dibandingkan dengan sembahyangnya.

Pada hari yang lain Nabi berjumpa dengan seorang Badwi gunung.  Orang A'rabi hitam itu mengaku sudah memeluk agama Islam dan sudah mengerjakan ibadah. 

Nabi bertanya, "Jadi engkau beriman bahawa tidak ada Tuhan selain Allah?"

"Saya percaya," jawab Badwi.

"Kamu tahu, di manakah tempat tinggal Allah," tanya Nabi menguji.

"Tahu," sahut Badwi tegas.

"Di mana?"

"Di sana, di puncak gunung," ujar Badwi tanpa ragu-ragu.

Nabi diam dan menghormati orang Badwi itu baik-baik, tanpa menyanggah sepatah pun ucapannya tadi. Sebab, menurut hemat Nabi, baru sebatas itulah tingkat kemampuan akal Badwi kampung tersebut.

Manakala Makkah sudah ditakluki dan orang-orang Quraisy ketakutan, Nabi beserta sepuluh ribu sahabatnya memasuki kota suci itu dengan damai; orang-orang musyrik tidak ada yang berani menampakkan hidung. Di antara yang paling terpukul adalah keluarga Abu Sufyan, selaku pemimpin besar kaum kafir dan bangsawan yang terhormat. Ia biasa disanjung dan diagung-agungkan sebagai pahlawan yang gagah berani. Hari itu hancurlah semua nama besarnya, bila ia harus takluk sebagai pecundang.

Untung, Nabi cepat tanggap dan bijaksana. Ia segera mengeluarkan pengumuman itu antara lain:

"Barangsiapa masuk ke dalam Masjidil Haram, dia akan dilindungi. Barangsiapa masuk ke dalam rumah Abu Sufyan, dia akan dilindungi."

Betapa bangganya Abu Sufyan mendengar pengumuman. Bererti rumahnya bagaikan disamakan kedudukannya dengan Masjidil Haram. Oleh sebab itu ia tidak kehilangan muka tatkala kemudian memeluk agama Islam. Apalagi anaknya, yang juga akhirnya masuk Islam, Muawiyah bin abu sufyan, beberapa waktu setelah itu diangkat menjadi salah seorang pencatat wahyu oleh Nabi SAW. 

Sejak saat itu orang-orang musyrik berduyun-duyun menyatakan keislaman mereka. Tetapi ada seorang panglima Quraisy yang hingga beberapa lama tidak mahu menjadi muslim. Ketika ditanya oleh Nabi, orang itu, Sofwan bin Umayyah, berkata, "Berilah saya waktu seminggu untuk berfikir, apakah mahu masuk Islam atau tidak."

Nabi menjawab, "Jangan seminggu."

Sofwan terkejut, "Apakah seminggu terlalu lama?"

"Tidak," sabda Nabi, "Terlalu singkat. Ku beri engkau waktu selama dua bulan, apakah akan bersyahadat atau tidak. Fikirkanlah dengan leluasa dan luas. Sebab agama Islam adalah agama bagi orang-orang yang berakal dan menggunakannya untuk berfikir. Tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki akal. 

"Barangsiapa menunjukkan orang supaya berbuat baik, maka orang itu beroleh pahala sama seperti pahala orang yang mengerjakannya."

(HR Muslim)

References:
 1100 Koleksi Emas / Kisah-kisah Benar & Nasihat-Nasihat (Muka surat 268)
 

April 4, 2016

Hebatnya Air


Dahaga.. Cari air..
Mandi.. Cari air..
Masak.. Cari air..

Kenapa tidak kita contohi air?
Dicincang tiada putus.
Dibakar tiada hangus.
Di mana duduk ikut acuan.
Mengalir ikut arus.

Ikut hukum Allah.
Ikut aliran.
Tiada mudik ke hulu.
Tiada terbang ke langit.

Belajar dari air.
Taat pada hukum Allah.
Nampak lemah.
Nampak cair.

Api marak.. airlah pemadam.
Pokok layu.. air disiram.

Berlembutlah seperti air.
Berjuanglah seperti air.
Lembut belum tentu kalah.

Lihatlah air..
Setitik demi setitik menimpa batu,
Akhirnya berlubang jua si batu...
Biar hati seperti air.
Biar sejuk biar tenang.
Tampak lembut, tampak cair.
Kemenangan tetap milik air...

Jangan seperti batu.
Keras dan kaku.
Terhempas pecah berderai.
Pecah bersepai... berjuanglah seperti air..
Dicincang tiada putus.
Dibakar tiada hangus.



April 2, 2016

No straight road to take me home tonight

So.

What is it that you really want?
What is it that makes you happy?

For the longest time ever, I was trying to remember what was my childhood dream. You know the kind of answers you would give during your early years in school when the teacher posed you that classic question: what would you like to be when you grow up?

Honestly, I can't remember what I could have possibly said. Could I have said a rock star maybe? Or I wish to travel the world? Or could it be something banally boring such as an accountant, lawyer or doctor. 

But perhaps it doesn't really matter what your childhood dream was. You grow up, gone through some puddle of mud, be a bit wiser and now perhaps your perspectives have changed. And maybe that's what matters. What is it that you really want to do now? Especially when you have more or less everything that you need to enable that change except maybe what is stopping you is the lack of gut or in a more friendly term, fear.

But life has taught me a thing or two about courage. Maybe if you wish for something bad enough, and if you're honest about it, life will eventually give it to you.

Yang Terdalam

Terbanglah jauh-jauh
Melayang setinggi langit
Moga berlabuhlah segala duka
Penawar segala sakit

Gapailah awan gemawan 
Gegarkan dentum guruh dan kilat
Nanti akan turunlah hujan
Menyimbah sejuta rahmat

Alam sedang berbisik
Agar hati yang alpa segera kembali

Usah menyimpan harapan lagi
Tiada lagi yang sejati di sini