April 17, 2016

DUA BULAN UNTUK MEMILIH AGAMA

NABI MUHAMMAD SAW sedang mengerjakan solat sunnah dua rakaat. Ketika ia sedang sujud, cucunya yang masih kecil, Hasan menaiki punggungnya dan bermain kuda-kudaan di atasnya sambil memukul-mukul tubuhnya seperti memacu kuda biar larinya cepat.

Nabi sudah cukup lama di dalam sujud, tapi memperpanjang sujudnya sambil menunggu cucunya puas bermain kuda-kudaan. Tatkala Hasan baru saja turun dan Nabi hendak bangun dari sujud, Husain adik Hasan tidak mahu kalah dari abangnya. Ia pun segera melompat menduduki punggung Nabi dan bermain kuda-kudaan meniru Hasan. Nabi menunggu dulu hingga Husain turun dari punggungnya, barulah ia duduk tasyahud.

Pada kali yang lain Nabi sedang membaca khutbah Jumaat di mimbar. Kedua cucunya yang ikut solat di masjid tiba-tiba menangis. Nabi turun dari mimbar di tengah-tengah khutbahnya, mendatangi Hasan dan Husain, dan memujuk mereka supaya diam melalui isyarat dan sikap kasih sayangnya.

Sesudah kedua cucu kecil itu tenang kembali. barulah Nabi naik lagi ke mimbar dan melanjutkan khutbahnya sampai selesai. Ia selalu membaca khutbah lebih pendek dibandingkan dengan sembahyangnya.

Pada hari yang lain Nabi berjumpa dengan seorang Badwi gunung.  Orang A'rabi hitam itu mengaku sudah memeluk agama Islam dan sudah mengerjakan ibadah. 

Nabi bertanya, "Jadi engkau beriman bahawa tidak ada Tuhan selain Allah?"

"Saya percaya," jawab Badwi.

"Kamu tahu, di manakah tempat tinggal Allah," tanya Nabi menguji.

"Tahu," sahut Badwi tegas.

"Di mana?"

"Di sana, di puncak gunung," ujar Badwi tanpa ragu-ragu.

Nabi diam dan menghormati orang Badwi itu baik-baik, tanpa menyanggah sepatah pun ucapannya tadi. Sebab, menurut hemat Nabi, baru sebatas itulah tingkat kemampuan akal Badwi kampung tersebut.

Manakala Makkah sudah ditakluki dan orang-orang Quraisy ketakutan, Nabi beserta sepuluh ribu sahabatnya memasuki kota suci itu dengan damai; orang-orang musyrik tidak ada yang berani menampakkan hidung. Di antara yang paling terpukul adalah keluarga Abu Sufyan, selaku pemimpin besar kaum kafir dan bangsawan yang terhormat. Ia biasa disanjung dan diagung-agungkan sebagai pahlawan yang gagah berani. Hari itu hancurlah semua nama besarnya, bila ia harus takluk sebagai pecundang.

Untung, Nabi cepat tanggap dan bijaksana. Ia segera mengeluarkan pengumuman itu antara lain:

"Barangsiapa masuk ke dalam Masjidil Haram, dia akan dilindungi. Barangsiapa masuk ke dalam rumah Abu Sufyan, dia akan dilindungi."

Betapa bangganya Abu Sufyan mendengar pengumuman. Bererti rumahnya bagaikan disamakan kedudukannya dengan Masjidil Haram. Oleh sebab itu ia tidak kehilangan muka tatkala kemudian memeluk agama Islam. Apalagi anaknya, yang juga akhirnya masuk Islam, Muawiyah bin abu sufyan, beberapa waktu setelah itu diangkat menjadi salah seorang pencatat wahyu oleh Nabi SAW. 

Sejak saat itu orang-orang musyrik berduyun-duyun menyatakan keislaman mereka. Tetapi ada seorang panglima Quraisy yang hingga beberapa lama tidak mahu menjadi muslim. Ketika ditanya oleh Nabi, orang itu, Sofwan bin Umayyah, berkata, "Berilah saya waktu seminggu untuk berfikir, apakah mahu masuk Islam atau tidak."

Nabi menjawab, "Jangan seminggu."

Sofwan terkejut, "Apakah seminggu terlalu lama?"

"Tidak," sabda Nabi, "Terlalu singkat. Ku beri engkau waktu selama dua bulan, apakah akan bersyahadat atau tidak. Fikirkanlah dengan leluasa dan luas. Sebab agama Islam adalah agama bagi orang-orang yang berakal dan menggunakannya untuk berfikir. Tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki akal. 

"Barangsiapa menunjukkan orang supaya berbuat baik, maka orang itu beroleh pahala sama seperti pahala orang yang mengerjakannya."

(HR Muslim)

References:
 1100 Koleksi Emas / Kisah-kisah Benar & Nasihat-Nasihat (Muka surat 268)
 

No comments:

Post a Comment